Keutamaan 10 Hari Terakhir di Bulan Romadhon (Al-Ustadz Usamah Faishol Mahri hafizhahullah)

Huuaaaaa … udah mau memasuki 10 hari terakhir bulan Romadhon ini. Jangan sampe deh semangatnya kendur, makin loyo & malah ogah-ogahan ibadah …humph

Nah kali ini, aku meringkas faidah dari Al-Ustadz Usamah Faishol Mahri Hafizhahullah dalam Ta’lim Akhwat di Malang hari Sabtu, 17 Romadhon 1436 H/ 4 Juli 2015. Di sini, aku menggunakan rekaman yang di share oleh Grup WA Syarhrus Sunnah Lin Nisaa’, semoga bisa bermanfaat & maaf bila ada kesalahan penulisan dan kekurangan yang nemplok di sini dan di sana (NEMPLOK??!!!). Selamat membaca nya~


Dalam Bukhori Muslim, “Rasulullah jika memasuki 10 terakhir Romadhon beliau kencangkan ikat pinggangnya, hidupkan malamnya, dan beliau bangunkan keluarganya.”

Aisyah dalam Muslim, “kita memasuki 10 terakhir romadhon, Rasulullah lebih giat, bersungguh-sungguh dlm amal ibadahnya melebihi hari-hari yang sebelumnya.”

Sepuluh hari terakhir Romadhon pada tahun ini (2015) di mulai hari Selasa tanggal 20 Romadhon masuk waktu maghrib memasuki malam 21 (malam Rabunya). Sunnah untuk diamalkan dan diingat dalam 10 hari terakhir:

  1. Menghidupkan Malam dengan Ibadah (sholat, doa, dzikir, tilawatil Quran, dll).
    Riwayat Aisyah, “Rasulullah menghidupkan malamnya semua (samalam suntuk)” namun ada kelemahan dalam riwayat ini. Ada 2 pengertian menghidupkan malam: 1) menghidupkan malam semuanya (tidak tidur semalam suntuk) dengan ibadah dan amal sholih; 2) menghidupkan malam kebanyakan malam/mayoritas malam dari tenggelamnya matahari (habis maghrib) sampai terbit fajar, mayoritas malam berarti 1/2 malam lebih ( 6 jam sudah berarti 1/2 lebih [malam dihitung dari maghrib sampai setengah 5-an/subuh]). Sebagian para ulama salaf menguatkan pendapat 2, bahwa Rasulullah melarang seseorang semalam suntuk ibadah dan beramal sholih.

    Ibnu Abas berkata bahwa orang dengan sholat isya berjamaah & “beradem” sholat subuh berjamaah termasuk menghidupkan malam. Imam Syafi’i juga mengatakan bahwa orang yang sholat isya & sholat subuh berjamaah dimalam lailatul qodr, maka mendapati keutamaan ini, dan terkena hadits “bangun di lailatul qadr dengan iman dan mengharap pahala-Nya.” Sehingga, cukup keutamaan itu didapati meskipun hanya sebagian malam.

    Namun, sebagian para ulama lagi (termasuk masyaikh kita) memandang bahwa ini terjadi hanya sebentar (1 tahun hanya sekali) maka ini pengecualian (artinya pengecualian dari celaan dan larangan) dari orang yang semalam suntuk ibadah & sholat/doa. Dengan keutamaan besar (lailatul qadr) maka boleh, seperti pendapat 1. Kalaupun orang mengantuk, tak mampu menghidupkan semalam suntuk, yang jelas dia memakmurkan malam dengan kebaikan.

  2. Membangunkan Keluarga (anak dan istri).
    Dalam Tabrani, Rasul Salallahualaihi Wasalam bangunkan semua keluarganya, bahkan setiap orang dewasa maupun anak-anak selama mampu sholat. Sufyan Ats Tsauri rohimahullah berkata “Aku menyenangi orang tahajud, bersungguh2 dalam ibadah, membangunkan keluarganya, selama mereka mampu & diajak sholat malam”. Imam Malik mengatakan bahwa Ummar Ibnul Khotob sepertiga/setengah malam terakhir juga membangunkan keluarganya sambil mengucapkan “ayo sholat, sholat” kemudian membacakan ayat, “dan perintahkan keluargamu sholat dan bersabarlah untuk memerintah itu kami tidak memintamu rizki justru kami yang memberikanmu rizqi.” dan ayat ini merupakan salah satu pintu terpenting dari pintu-pintu rizqi. Sehingga untuk memerintahkan sholat, mengajak keluarga sholat merupakan sebab terpenting suatu keluarga dimudahkan rizqinya oleh Allah.
  3. Mengencangkan Ikat Pinggang.
    Ada yang memahami maknanya adalah kesungguh-sungguhan dalam ibadah (lebih serius, menambah amal kebaikannya), sebagian lagi benar-benar mengencangkan ikat pingganggnya, dengan tali atau kain, sehingga lebih serius/lebih sungguh dalam ibadah. Makna yang kedua, qinayah bahwa beliau menjauhi istri-istrinya. Demikian ditafsirkan oleh Syufyan Ats Tsauri dan ulama lain. Kata Aisyah, “Beliau tempat tidurnya sampai romadhon selesai”

    Dalam riwayat Annas menyebutkan bahwa “Beliau lipat alas tidurnya, dan beliau tinggalkan istri-istrinya.” hal ini bukan merupakan mengharomkan mendekati istri dalam 10 hari terakhir Romadhon, tapi bermaksud ingin bersungguh-sungguh dalam beribadah. Sehingga jangan sampai terlalaikan karena bermesraan dengan istri/suami hingga terlalaikan dari fadhilah besar. Maka mengencangkan ikat pinggang lebih kearah ini, namun semuanya diamalkan oleh para salaf, baik mengencangkan tali, maupun menjauhi istri.

  4. Mandi antara Maghrib dan Isya.
    Dari Aisyah beliau sebutkan “Bahwa Rasulullah mandi diantara dua adzan (Maghrib dan Isya).” Dalam riwayat Ali (ada kelemahan dalam sanadnya, tapi dikuatkan dengan riwayat Aisyah) bahwa Rasul Shallallahu Alaihi Wasallam mandi diantara maghrib isya disetiap malam dari 10 terakhir Romadhon. Maka dari situ menurut Imam Ibnul Jalil At Thobrani, ulama salaf menyenangi untuk mandi disetiap malam diakhir 10 Romadhon.
  5. Menggunakan Wewangian dan Pakaian Terbaik yang Dimiliki.
    Sepeti yang Allah katakan “Pakai dan gunakan perhiasanmu / pakaian terbaikmu disetiap kali kamu ibadah menghadap Allah.” Seperti Abdullah bin Ummar katakan, “Allah lebih berhak untuk kita berhias untuk-Nya.” Demikian pula menggunakan wewangian terbaik yang kita punya.
  6. Mewangikan Tempat Ibadahnya (baik itu masjid atau tempat sholat di dalam rumahnya/kamarnya)
    Karena disitu dia bermunajad dengan Allah maka lebih besar harapan doanya dikabulkan oleh Allah. Perkara tersebut maruf diantara para salaf. Yang penting wewangian, baik itu spray, dupa atau semisalnya. Terkait pakaian, bahwa Tamim Ad-Dari (sahabat Nabi) membeli pakaian dengan harga termahal yang ia mampu dan khusus hanya beliau pakai pada malam 10 terakhir romadhon, kemudian beliau lipat dan beliau pakai lagi pada tahun berikutnya. Hal ini karena Allah bersumpah dengan 10 hari terakhir ini. Dimalam tersebut diselesaikanlah segala perkara yang penuh hikmah yaitu takdir. Oleh karena itu sebagian ulama mengatakan takdir itu ada takdir tahunan, sehingga dia berdoa agar takdirnya menjadi takdir terbaik karena pada saat itulah takdirnya akan dicatat.

    Sunnah ini semua ketika ditanya pada Syaikh Abdul Aziz bin Baz ketika udzur halangan (haid dan nifas), maka dia tetap bersuci, dia sucikan dengan pembalut atau semisalnya, diwangikan, lalu dia ibadah pada Allah, berdzikir, ibadah pada Allah kecuali Sholat.

Leave a comment